Menurut Paulus, kualitas terutama yang harus dimiliki oleh pemimpin bukanlah kemampuan berkhotbah, visi, iman, kemampuan manajemen, keterampilan mengatur orang-orang, keterampilan membangun tim, atau keterampilan mengambil keputusan (yang semuanya merupakan ciri kepemimpinan yang sangat penting). Melainkan, seperti yang dikatakan oleh Paulus, kualitas terutama dari seorang pemimpin adalah bahwa ia harus menyandang reputasi yang baik di dunia kerja, di dalam komunitas. Ia harus memiliki referensi yang baik dari para pemimpin bisnis setempat dan para pemimpin komunitas lainnya. Ia adalah orang yang berintegritas dalam hidupnya, yang membayar tagihan-tagihannya, dan yang menuai rasa hormat karena kehidupan baik yang dijalaninya. Jika ia tidak menyandang kualitas karakter semacam ini, maka ia akan menjadi penghambat bagi mereka yang memercayai dan menghadiri gereja. Jenis orang-orang yang akan berkumpul di sekelilingnya juga akan menjadi penghambat. Tetapi jika ia memiliki karakter yang baik, dan ia memperoleh kepercayaan dari penduduk kota, maka murid-muridnya pun akan menjadi sama—ia akan mengumpulkan jenis orang yang sama. Singkatnya, pemimpin tersebut harus menjadi sebuah jembatan antara kota dan gereja.
Kualitas kepemimpinan kita secara langsung sebanding dengan kualitas kepengikutan kita. Perhatikan, saya tidak mengatakan kemampuan kita, tetapi lebih kepada kualitas kita. Beberapa pemimpin tidak tahu bagaimana caranya mengikuti. Bisa jadi mereka hanya sekadar mewarisi posisi kepemimpinan itu. Orang-orang mengikuti mereka karena mereka harus, bukan karena mereka ingin mengikutinya. Jenis kepemimpinan ini, seberapa lama pun itu bertahan, akan selalu bercacat cela. Keefektifan saya sebagai seorang pemimpin terletak pada fakta bahwa saya sendiri juga memiliki
pemimpin dan dapat dipimpin. Ketaatan sama dengan keefektifan! Kapasitas kita sebagai pemimpin ditentukan oleh kapasitas kita untuk melayani